Produksi Baja Nasional Tahun 2020 Meningkat di Tengah Penurunan Konsumsi Baja selama Pandemi COVID-19|Update Konsumsi Baja Tahun 2020 dan Outlook 2021Sumber : IISIA
Sesuai dengan banyak prediksi sebelumnya, perekonomian Indonesia di tahun 2020 pada akhirnya mengalami penurunan atau kontraksi pertumbuhan sebagai akibat dari pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Berita Resmi Statistik (BRS) Semester-IV Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 Februari 2021 mencatatkan penurunan atau kontraksi pertumbuhan kumulatif sebesar 2,07% (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Nilai perekonomian Indonesia tahun 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku mencapai nilai sebesar Rp 15.434,2 triliun. Sementara itu, PDB per kapita mencapai nilai Rp 56,9 juta atau US$ 3.911. Hampir seluruh sektor perekonomian mengalami kontraksi di tahun 2020, seperti misalnya sektor konstruksi yang mengalami kontraksi PDB sebesar 3,24 persen, atau sektor industri pengolahan mengalami kontraksi sebesar 2,93%. Di sisi lain, terdapat sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan, antara lain sektor informasi dan komunikasi (sebesar 10,58%), serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (sebesar 11,6%). Pergerakan pertumbuhan PDB sektor-sektor ekonomi tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Pertumbuhan PDB Beberapa Sektor Ekonomi (c-to-c, dalam %)
Sebagaimana diketahui industri besi dan baja sangat dipengaruhi oleh sektor konstruksi serta industri pengolahan dan manufaktur. Kedua sektor tersebut merupakan sektor-sektor pendorong utama (key driver) yang paling banyak menyerap kebutuhan baja sebagai bahan baku industri pengolahan dan manufaktur maupun untuk digunakan langsung dalam proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur. Penurunan PDB di sektor-sektor ini telah berdampak langsung pada konsumsi produk akhir baja (finished steel) tahun 2020 yang menurut perhitungan IISIA mengalami penurunan sebesar 5,3%.
Gambar 2 Konsumsi Baja Nasional Tahun 2016-2020 Konsumsi produk akhir baja atau finished steel yang dihitung dengan formula apparent steel consumption (ASC) mengalami penurunan 5,3%, dari 15,9 juta ton di tahun 2019 menjadi 15,1 juta ton di tahun 2020. Namun demikian, produksi baja sepanjang tahun 2020 justru mampu mengalami peningkatan sebesar 19,6% dibandingkan tahun 2019. Hal ini membuktikan bahwa produk baja dalam negeri mampu menggantikan produk impor yang secara total yang menurun sampai lebih dari 33%. Kondisi ini dibarengi dengan naiknya nilai ekspor baja hingga mencapai 6,5%. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa momen penurunan impor yang disebabkan oleh ketiadaan atau kekurangan pasokan baja impor sepanjang tahun 2020 sebagai akibat tidak langsung dari lockdown dan penurunan aktivitas produksi pada negara-negara asal produk impor berhasil dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh produsen baja nasional untuk memasok kebutuhan baja domestik selama masa pandemi.
Meskipun secara keseluruhan konsumsi domestik menurun 5,3%, namun tidak semua produk baja mengalami penurunan atau stagnan selama masa pandemi., Hal ini dikarenakan ternyata beberapa produk baja mengalami peningkatan konsumsi cukup besar di tahun 2020. Produk yang mengalami penurunan permintaan cukup besar adalah CRC─yaitu turun 24%─diikuti dengan produk HRC, plate, dan coated masing-masing turun sebesar 9%, 5%, dan 7%. Kondisi ini nampaknya sejalan dengan sepinya permintaan dari sektor industri pengolahan dan manufaktur seperti industri otomotif, perkapalan, serta barang-barang logam yang selama ini masih banyak tergantung kepada material impor. Sebagaimana banyak diberitakan, industri otomotif merupakan salah satu sektor yang terdampak cukup keras akibat pandemi COVID-19 sepanjang tahun 2020. Tercatat penurunan penjualan serta produksi mobil dan motor hingga mencapai lebih dari 40%. Hal ini turut mempengaruhi keberlangsungan sektor-sektor yang terlibat dalam industri otomotif, seperti industri manufaktur komponen dan suku cadang kendaraan bermotor yang membutuhkan banyak produk baja CRC, HRC, dan plate. Di sisi lain, hal yang menggembirakan adalah peningkatan produksi baja lokal untuk mensubstitusi penurunan produk impor yang cukup besar tersebut.
Sumber Data: GAIKINDO, 2021Gambar 3 Pertumbuhan Penjualan dan Produksi Mobil Tahun 2017-2020
Hal yang berbeda terjadi untuk berapa produk yang sangat terkait dengan sektor konstruksi dan infrastruktur, seperti produk bar, wire rod dan section yang mengalami peningkatan permintaan cukup besar. Konsumsi produk bar tercatat naik 23%, konsumsi wire rod naik 12%, dan section naik 2%, bahkan konsumsi pipa meningkat hingga 40%. Hal ini nampaknya sejalan dengan proyek-proyek infrastruktur, khususnya dari anggaran APBN melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang digenjot selama tahun 2020 untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah penurunan seluruh aktivitas perekonomian. Banyak proyek-proyek pembangunan jalan tol, bandara, waduk, jembatan dan tower transmisi yang membutuhkan bar, wire rod dan section serta pipa. Sebagaimana diketahui bahwa sektor konstruksi di Indonesia sebagai negara berkembang merupakan faktor pendorong pertumbuhan konsumsi baja domestik yang paling besar. Dengan demikian meskipun secara keseluruhan sektor konstruksi mengalami penurunan PDB 3,26% di tahun 2020, namun permintaan volume produk baja tertentu yang digunakan untuk kebutuhan infrastruktur masih mampu mengalami peningkatan. Di samping itu, faktor penurunan harga baja konstruksi yang cukup signifikan selama pandemi juga dapat berpengaruh terhadap penurunan PDB sektor konstruksi.
Sumber Data: BPS, 2021Gambar 4 Pertumbuhan Sektor Konstruksi
Meskipun selama tahun 2020 impor secara keseluruhan menurun 33% dan produksi baja lokal dapat mensubstitusi impor sehingga mencatat kenaikan 19%, namun utilisasi kapasitas terpasang industri baja nasional secara rata-rata masih di kisaran 53%, atau meningkat sedikit dari sebelumnya rata-rata 43% di tahun 2019. Hanya utilisasi pabrikan plate baja yang dapat dikatakan cukup baik mencapai 80%, sementara sebagian besar pabrikan lain utilisasi masih di bawah 50%. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian agar di tahun 2021, utilisasi ini dapat terus meningkat di saat momen peningkatan permintaan produk baja seiring perbaikan kondisi perekonomian yang diharapkan akan segera terwujud dalam waktu dekat ini.Outlook Tahun 2021
Dengan membaiknya situasi pandemi di kuartal pertama tahun 2021, perekonomian Indonesia diprediksi akan mengalami pemulihan dan meningkat kembali (bounce back) di kuartal berikutnya, hingga diharapkan dapat kembali mencapai level angka pertumbuhan di kisaran 5%. Hal ini diperkirakan akan disertai dengan peningkatan kegiatan ekspor impor. Pada tahun 2020 dengan perekonomian terkontraksi sampai 2,07% tercatat impor menurun sampai lebih dari 17% serta ekspor menurun sebesar 2,6%. Resume indikator kegiatan perekonomian Indonesia tahun 2020 dan prediksi tahun 2021 disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
Indikator positif juga tercermin dalam perkembangan impor ekspor yang mulai bergairah dan mengalami peningkatan cukup signifikan di bulan Februari 2021, dimana impor meningkat 14,86% dan ekspor meningkat 8,56% dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Hal ini menambah keyakinan bahwa pemulihan sedang terjadi dan akan berlanjut terus sepanjang tahun 2021.
Gambar 5 Perkembangan Ekspor Impor Februari 2021 (Badan Pusat Statistik)
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PUPR akan kembali memfokuskan pembangunan ke sektor konstruksi di tahun 2021 dengan mengalokasikan dana 150 triliun rupiah untuk mendorong pembangunan infrastruktur pada tahun 2021, dimana angka ini lebih tinggi 30% dari anggaran awal. Selain itu, dengan disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja, sektor konstruksi mendapatkan keuntungan yang signifikan dari penyederhanaan perizinan usaha. Investasi pemerintah yang tinggi pada tahun 2021 untuk pembangunan infrastruktur memberikan prospek pasar yang menjanjikan bagi industri baja.
Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pada tahun 2021 Pemerintah Indonesia telah merencanakan pembangunan rumah layak huni serta tempat tinggal sementar (shelter) dengan akses air bersih dan sanitasi. Selain itu, pemerintah juga merencanakan proyek saluran irigasi sebesar 500 ribu hektar serta pembangunan 58 unit bendungan baru. Dalam rangka mendukung peningkatan kegiatan perekonomian, pemerintah telah menyusun rencana pembuatan 7 pelabuhan terintegrasi, jalan tol baru sepanjang 2.000 km dan jalan nasional sepanjang 2.500 km. Sarana transportasi berupa kereta cepat Jakarta-Bandung serta Jakarta-Semarang juga menjadi prioritas untuk infrastuktur ekonomi nasional. Pembangunan proyek infrastruktur yang berkelanjutan inilah yang diperkirakan mampu menjaga laju pertumbuhan investasi di Indonesia pada tahun 2021.
Gambar 6 Proyeksi Pertumbuhan Konsumsi Baja Nasional Tahun 2021
Dengan melihat potensi percepatan pemulihan dari kondisi pandemi dan pertumbuhan PDB ekonomi nasional, indikator pertumbuhan sektor-sektor ekonomi khususnya sektor konstruksi dan infrastruktur di tahun 2021, serta pertumbuhan ekspor impor yang menggembirakan di kuartal pertama tahun 2021 ini, IISIA memperkirakan konsumsi baja akan meningkat kembali dengan pertumbuhan 5% dan diharapkan dapat mencapai angka 15,8 juta ton atau kembali (bounce back) ke tingkat konsumsi tahun 2019. Proyeksi optimistik dengan asumsi pertumbuhan PDB lebih dari 5% maka konsumsi baja diprediksi dapat tumbuh sampai 7% menjadi 16,1 juta ton.